Strategi Soft Selling Efektif di Sosial Media 2025

Ilustrasi Marketing Media Sosial (Sumber: Unsplash)
Apa Itu Soft Selling di Sosial Media?

GM Academy - Dalam dunia digital marketing, dua pendekatan utama sering digunakan: hard selling dan soft selling.
Hard selling mengarahkan audiens untuk membeli secara langsung dengan gaya promosi yang terang-terangan.
Sebaliknya, soft selling lebih halus dan mengutamakan hubungan jangka panjang dengan audiens.
Mengapa penting? Karena pengguna sosial media saat ini semakin cerdas dan selektif. Mereka tak ingin dijejali iklan, namun tetap terbuka terhadap pesan yang relevan dan menarik.
Di sinilah peran content creator dan brand penting untuk membangun narasi yang menyentuh emosi dan kebutuhan audiens tanpa terasa menjual.
Kesalahan Umum dalam Soft Selling
Banyak content creator dan brand mencoba soft selling namun gagal karena beberapa kesalahan berikut:
Terlalu fokus pada storytelling tanpa CTA (Call to Action): Cerita yang menarik tapi tidak mengarahkan audiens untuk bertindak akan kehilangan potensi konversi.
Tidak mengenal audiens target dengan baik: Konten akan kehilangan relevansi jika tidak memahami persona, minat, dan pain point target audiens.
Menyamakan semua platform sosial media: Setiap platform memiliki karakteristik unik. Misalnya, storytelling panjang cocok di LinkedIn, tapi harus padat dan cepat di TikTok atau Reels.
Strategi Soft Selling yang Terbukti Efektif
Bangun Value Dulu, Jualan Belakangan
Berikan informasi yang bermanfaat, menginspirasi, atau menghibur terlebih dahulu. Biarkan audiens merasa "nyambung" sebelum diajak untuk membeli.
Gunakan Konten Edukatif, Inspiratif, atau Menghibur
Contohnya, tutorial singkat menggunakan produk, kisah sukses pelanggan, atau meme yang relevan dengan brand.
Teknik "Show, Don’t Tell"
Alih-alih mengatakan "produk ini bagus", tunjukkan bagaimana produk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ini menciptakan konteks nyata yang lebih meyakinkan.
Percakapan & Komunitas
Manfaatkan fitur sosial media seperti polling, Q&A di Instagram Stories, dan interaksi di komentar untuk membangun relasi.

Ilustrasi Marketing Media Sosial (Sumber: Unsplash)
Studi Kasus & Format Konten Soft Selling

Reels atau TikTok Edukatif: Seorang content creator berbagi tips skincare sambil menggunakan produknya tanpa menyebutkan merek secara langsung di awal. Di akhir video, barulah disisipkan CTA.
Caption Soft Selling: Cerita personal, diakhiri dengan rekomendasi produk secara natural, misalnya: "Dulu aku sering insecure dengan kulit kusam, sampai akhirnya aku nemu cara yang cocok. Sekarang aku rutin pakai..."
Tim Content Creator Agensi: Biasanya menggunakan pendekatan storytelling visual dan narasi yang relatable bagi target pasar. Mereka juga memiliki template khusus untuk soft selling.
Freelancer dan UGC: Content creator freelance sering menyisipkan review jujur yang terasa lebih autentik. UGC (User-Generated Content) memperkuat social proof secara alami.
Tips: Bangun Relasi, Bukan Sekadar Transaksi
Soft selling menekankan pada kepercayaan dan konsistensi. Dalam jangka panjang, strategi ini membantu membangun komunitas dan brand loyalty.
Fokus pada branding personal yang autentik.
Terus beradaptasi dengan tren, tanpa kehilangan identitas brand.
Ingat: soft selling itu maraton, bukan sprint.
Dengan pendekatan ini, penghasilan content creator juga bisa bertumbuh secara organik karena audiens yang terhubung emosional akan lebih mudah percaya dan membeli.
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Apa perbedaan soft selling dan hard selling? Hard selling memaksa audiens untuk membeli langsung, sedangkan soft selling membangun hubungan dan memberikan value sebelum mengajak membeli.
2. Apakah soft selling cocok untuk semua platform sosial media? Ya, tetapi pendekatannya harus disesuaikan. Misalnya, soft selling di TikTok bisa berupa video lifestyle, sementara di LinkedIn berupa storytelling profesional.
3. Bagaimana cara mengukur keberhasilan strategi soft selling? Gunakan metrik seperti engagement rate, share, komentar, dan DM masuk. Penjualan jangka panjang juga menjadi indikator.
4. Apa peran content creator dalam strategi soft selling? Content creator bertugas membangun narasi yang natural dan relatable agar audiens merasa dekat dan percaya pada brand.
5. Apakah soft selling bisa digunakan oleh UMKM? Tentu. Justru UMKM sangat diuntungkan karena pendekatan ini membangun loyalitas tanpa biaya iklan besar.
(Artikel ini ditulis oleh Arina, Team Internship GM Academy Web ID)